Home » Fakta » Kenapa Banyak Orang Rugi Besar

Kenapa Banyak Orang Rugi Besar

Enco NetSec October 17, 2022

Rahasia Dibalik Kenapa Banyak Orang Rugi Besar! Kamu Mungkin Salah Satunya! – Sebelum kita masuk ke alasan nomor satu kenapa banyak orang rugi besar, Artikel ini akan memberikan sebuah contoh orang yang mengalami pengalaman pahit ini.  Jadi ceritanya begini, suatu hari aku habis meeting sama partner bisnis.

Biasanya, komunikasi dengan mereka lewat sekretaris. Jadi, kita nggak pernah simpan nomor telepon satu sama lain. Nah, selesai meeting, tiba-tiba aku ditelpon oleh seseorang yang suaranya mirip banget dengan partner bisnisku itu. Waktu teleponnya pas banget, nggak lama setelah meeting selesai.

Orang ini minta aku untuk melakukan DP (down payment) karena ada project yang harus segera dimulai. Bodohnya, karena situasinya terasa begitu “benar”, aku transfer uang tanpa mikir panjang. Aku berpikir, “Ah Gampang, nanti kontraknya nanti bisa diurus lewat WhatsApp saja.”

Ternyata, semua itu penipuan! Mereka tahu detail hasil meeting, suara mereka sama, dan intonasinya pas. Ini salah satu contoh nyata bagaimana emosi bisa mengalahkan logika menurut slot.

Mereka pintar banget nggak kasih aku ruang buat mikir atau bertanya. Selama telepon, mereka terus bicara, nggak kasih aku kesempatan buat merespon dengan kritis. Dan di situlah letak kesalahan fatalnya.

Penyebab Utama Terjadinya Rugi Besar

Kebanyakan orang rugi bukan karena mereka bodoh, tapi karena emosi mereka nggak terkontrol. Kalau kamu nggak paham yang namanya behavioral finance atau kecerdasan emosional dalam mengelola uang, kamu bisa jadi korban berikutnya.

Nah, berikut ini aku akan jelaskan empat emosi utama yang sering bikin orang rugi. Pastikan kamu nggak jadi korban salah satu di antaranya!

  1. Kerakusan (Gluttony)

Ini emosi yang sering banget menjerat orang. Kamu pasti pernah dengar iming-iming “cepat kaya”, “project pasti untung”, atau “nggak mungkin rugi”. Bagi orang yang gampang tergiur dengan janji manis, pasti langsung terjun tanpa pikir panjang. Kalau kita pakai logika, harusnya kita cek dulu kan? Cek caranya gimana, teknisnya seperti apa, dan apakah benar-benar bisa untung seperti yang diklaim.

Tapi, kalau kerakusan sudah bicara, logika sering dikesampingkan. Orang jadi ingin semuanya sekaligus, padahal belum tentu bisa dipegang semua. Ingat, ambisi itu boleh, tapi kerakusan bisa menghancurkanmu.

  1. Kebanggaan (Pride)

Ini sering terjadi pada orang yang sudah punya pengalaman atau pengetahuan tentang investasi. Misalnya, kamu sudah riset tentang saham atau bisnis tertentu, lalu kamu yakin banget bakal untung. Kamu merasa sudah pintar dan nggak mungkin rugi. I

nilah jebakan kebanggaan! Bahkan investor atau trader paling jago pun selalu membuat ruang untuk kemungkinan gagal. Mereka paham bahwa setiap investasi pasti ada risikonya. Tapi kalau kamu terlalu yakin dan merasa “aku nggak mungkin salah”, itulah awal dari kerugian.

Lebih parahnya, ada self-attribution bias, di mana kalau kamu untung, kamu puji diri sendiri, “Ini karena aku hebat.” Tapi kalau rugi, langsung salahin faktor eksternal, “Pasar lagi jelek.” Padahal, kalau kamu mau jujur, mau untung atau rugi, semuanya tetap tanggung jawab kamu sendiri. Jangan hanya klaim keberhasilan saat untung, tapi juga akui kesalahan saat rugi.

  1. Nafsu (Lust)

Nafsu di sini beda dengan kerakusan. Kalau kerakusan itu ingin semua kesempatan diambil, nafsu lebih ke keinginan yang nggak sehat untuk mendapatkan hasil dengan cepat. Banyak orang yang ingin return instan dari investasi, padahal kenyataannya orang-orang terkaya di dunia membangun kekayaan mereka dalam waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.

Hanya sedikit yang bisa jadi milyarder dalam waktu singkat. Jadi, kalau kamu ingin kaya cepat, kamu harus siap menghadapi risiko besar. Ingat, investasi bukan cara untuk jadi kaya seketika, melainkan untuk mengakumulasi kekayaan dalam jangka panjang.

Cara Mengendalikan Emosi Agar Tidak Rugi Besar

Jadi, bagaimana caranya supaya kita nggak rugi karena emosi? Pertama, sadarilah bahwa keputusan finansial yang dibuat secara emosional hampir selalu berujung pada kerugian. Sebelum mengambil keputusan besar, tanya diri sendiri: “Apakah ini keputusan yang rasional, atau hanya didorong oleh emosi?”

Selalu evaluasi apa yang kamu rasakan saat membuat keputusan. Apakah kamu merasa FOMO (fear of missing out)? Apakah kamu merasa serakah? Apakah kamu ingin ini karena melihat orang lain pamer? Kalau jawabanmu iya, berhenti sejenak dan pikirkan kembali keputusanmu. Mundur sebentar, evaluasi secara rasional, atau tunggu sehari sebelum bertindak.

Dan yang paling penting, jangan pernah percaya 100% pada orang lain yang kamu baru kenal. Penipuan seperti yang aku alami terjadi karena kita terlalu percaya pada kata-kata orang yang tidak kita kenal baik. Selalu cek dulu sebelum mengambil langkah.

Dengan menguasai emosi, kamu akan jauh lebih skeptis, kalkulatif, dan pada akhirnya, kerugian finansialmu akan berkurang drastis. Jadi, jangan biarkan emosi mengendalikan keputusan finansialmu, dan selalu tetap waspada!

Leave a Comment

Artikel Terkait